Selasa, 22 November 2016

Trump Menutup Mesjid Yang di Tempati Para Beruang


Lintasanberitaindonesia.com - Bakal Calon Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan siap menutup masjid-masjid di AS dalam rangka melawan ISIS.

“Aku akan melakukan itu (penutupan masjid, red), pasti,” kata Trump dalam Fox Business Network ketika ditanya tanggapannya bagaimana jika AS juga menutup masjid sebagai bagian dari perang melawan ISIS seperti yang dilakukan Inggris.

Trump menambahkan, mungkin secara hukum saat ini tidak dibenarkan menutup masjid tetapi ada alasan yang harus diperhatikan.

“Itu tergantung pada apakah masjid tersebut, seperti Anda tahu, ditempati para beruang,” lanjutnya seperti dikutip New York Time, Kamis (22/10/2015).

Sontak, pernyataan Trump mendapat kecaman dari sejumlah pihak utamanya umat Islam.

Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR) menilai pernyataan Trump itu bertentangan dengan konstitusi AS dan prinsip kebebasan beragama.

"Rencana Donald Trump menutup masjid-masjid di AS dengan dalih melawan kelompok ekstrimis sangat tidak sesuai dengan konstitusi dan prinsip yang dihargai di AS tentang kebebasan beragama," kata Robert McCaw, Manager Bidang Pemerintahan CAIR.

McCaw menambahkan, pemerintah tidak berhak memutuskan keyakinan apa yang dapat diterima di AS.

Sebelumnya, Trump juga menuai kritik dari kelompok-kelompok Muslim pada bulan lalu ketika ia tidak membantah pendukungnya yang mengatakan:

"Kami memiliki masalah di negeri ini, yang disebut Muslim," katanya.

Sebelumnya, tidak ada pengamat politik maupun lembaga survei yang memprediksi kemenangan spektakuler biliuner kontroversial itu.

Calon Presiden Partai Republik itu telah mengalahkan lawannya dari Partai Demokrat, Mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton.

Kemenangan Trump dipastikan Rabu (9/11/2016), pukul 02.30 dini hari waktu bagian timur AS.

Sejumlah lembaga survei memproyeksikan kemenangan Trump di negara bagian Wisconsin yang memberikan 270 electoral votesyang diperlukan Trump untuk menjadi penghuni baru Gedung Putih.

Aroma kemenangan pebisnis yang lahir 14 Juni 1946 ini sudah mulai tercium setelah dia tanpa terduga menghancurkan benteng pertahanan “Blue Firewall” Hillary.

Trump membuat shock pendukung Hillary dengan meraih kemenangan meyakinkan di Wisconsin dan Pennsylvania yang selalu memilih capres Demokrat sejak pilpres 1988.

Revolusi Rust Belt untuk Kemenangan Trump menjadi simbol terjadinya Revolusi Pekerja Berkerah Biru (Blue Collar)  ironisnya berbasis di “Blue Firewall” milik Hillary yaitu di Pennsylvania, Wisconsin, dan Michigan.

Negara bagian yang sering disebut “Rust Belt States” ini didominasi oleh pemilih berkulit putih berkerah biru yang kebanyakan tidak berpendidikan ke jenjang universitas.

Pemilih ini adalah pemilih kelas pekerja yang terpikat oleh retorik populis Trump yang mengecam globalisasi dan perdagangan bebas.

Faktor itu yang diyakini mengakibatkan mereka kehilangan pekerjaan terutama di sektor manufaktur yang dialihdayakan ke luar AS.

Demografi pemilih ini kebanyakan tinggal di kota kecil dan daerah pertanian.
Sosok outsider Trump
Kemenangan Trump juga menjadi simbol kemarahan rakyat AS terhadap elite politik di Washington DC yang dinilai tidak peka terhadap kesulitan ekonomi yang dihadapi mereka.

Rakyat menyuarakan frustasinya terhadap para politisi dari kedua partai baik Demokrat maupun Republik yang terus berseteru tanpa henti menimbulkan gridlock di pemerintahan.

Sosok Trump dengan status outsider-nya sebagai seorang pebisnis sukses tanpa latar belakang politik dinilai sebagai wajah baru yang berbeda dengan politisi di Washington.

loading...
Tidak ada komentar:
Write komentar