Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyebut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bodoh karena mengkritisi kebijakannya memerangi narkoba yang telah menewaskan sekitar 1.000 orang, dan memperingatkan badan dunia itu untuk tidak campur tangan.
Duterte, yang memenangi pemilihan presiden secara telak pada Mei lalu berkat janjinya memberantas kriminalitas, mengatakan dia akan terus melakukan operasi terhadap para pengedar narkoba terlepas dari kritikan di seluruh dunia, termasuk oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon.
“Mengapa PBB begitu mudah tergerak untuk mencampuri urusan republik ini? Hanya 1.000 orang (yang tewas)," ujarnya dalam peringatan hari jadi kepolisian Filipina yang ke-115, Rabu (17/8).
Juni lalu, Ban mengecam sikap Duterte yang mendukung pembunuhan extrajudicial (tanpa proses pengadilan) dan menyebut tindakan itu "ilegal dan pelanggaran terhadap hak asasi dan kebebasan yang fundamental."
Awal bulan ini, badan anti-narkoba PBB juga menyatakan prihatin atas maraknya pembunuhanextrajudicial terhadap para terduga pengedar dan pemakai narkoba di Filipina.
"Itu pendapat yang sangat bodoh," kata Duterte. "Apa masalahnya? Anda masuk ke politik. Hanya 1.000 orang yang mati dan Anda menempatkan negara saya dalam bahaya."
Selain itu dia memperingatkan badan hak asasi manusia agar tidak "menyelidiki kami seolah-olah kami ini kriminal" dan menambahkan kedatangan mereka tidak akan mendapat perlakukan baik di Filipina.
Duterte, yang dilantik pada 30 Juni, memerintahkan penumpasan kriminalitas yang menewaskan 1.054 orang sejak pemilihan presiden bulan Mei, menurut stasiun televisi Filipina ABS-CBN.
Mereka ini terbunuh dalam operasi polisi, dan lebih dari 400 korban di antaranya tewas oleh penembak misterius.
Duterte memenangi pemilihan dengan janji menjalankan perang terhadap kriminalitas khususnya peredaran narkoba.
Dia memerintahkan polisi agar tidak ragu-ragu membunuh dan bahkan mendesak warga sipil dan gerilyawan komunis untuk bergabung dalam operasi ini.
loading...
Tidak ada komentar:
Write komentar