Lintasanberitaindonesia.com - Sejak Korea Utara tak bisa mengimpor pupuk dari Korea Selatan karena embargo pada tahun 2010, negara pimpinan Kim Jong Un itu mengandalkan feses manusia dan hewan untuk dijadikan pupuk.
Setiap warga negara memiliki kewajiban mengumpulkan feses dan memberikannya pada pihak berwenang.
Yeonmi Park, wanita yang berhasil meloloskan diri dari Korea Utara pada tahun 2007, bercerita bagaimana pahitnya mengumpulkan kotoran hewan dan manusia, untuk menambah kekurangan pupuk.
Awalnya, pemerintah berkampanye untuk mengisi kekurangan pupuk dengan sumber lokal dan terbarukan, yakni kotoran manusia serta hewan.
Setiap rumah tangga, pekerja dan sekolah memiliki jatah yang harus dipenuhi.
"Setiap anggota rumah tangga memiliki tugas sehari-hari, sehingga ketika kita bangun di pagi hari, itu seperti perang. Bibi saya yang paling kompetitif," kata Yeonmi seperti dikutip dari Mirror, Selasa (16/8/2016).
Banyak orang yang berkompetisi untuk mengumpulkan kotoran terbanyak.
Dikutip TribunTravel.com dari Tribun Jogja, pada tahun 2010, kotoran manusia mulai dijual di toko.
Warga juga harus berhati-hati agar kotorannya tidak dicuri di malam hari karena letak kamar mandi yang begitu jauh.
Ada pula yang sampai mengunci kakus untuk menghindari pencurian kotoran.
Masih menurut cerita Yeonme, tak jarang guru di sekolah mengirim muridnya ke luar ke jalan-jalan, hanya demi menemukan kotoran dan membawanya kembali ke kelas.
"Jadi kalau kita melihat anjing buang kotoran di jalan, itu seperti emas. Paman saya di Kowon punya anjing besar yang membuat kotoran besar. Semua orang dalam keluarga akan berjuang di atasnya," kata dia.
loading...
Tidak ada komentar:
Write komentar